Jumat, 02 November 2018

Jaga Lisanmu

Jaga Lisanmu!

https://tulisansejuk90.blogspot.com
Assalamu'alaikum wr.
"Ulah sok sadenge-dengena, ulah sok satempo-tempona, ulah padu ngomong / ulah paya disada"
(Jangan asal dengar, jangan asal lihat, jangan asal bicara)KH. I. Abdul Basith Wahab
Tulisan sejuk kali ini merupakan rangkuman yang bisa penulis catat dari khutbah Jum'at oleh KH. I. Abdul Basith Wahab.
Sebagaimana yang telah menjadi keyakinan kita, bahwa Allah SWT menurunkan din al-Islam, panduan / pedoman hidup yang dasarnya adalah al-Islam:
إنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ الإِسْلَامُ. آل عمران: 19
"Sesungguhnya, agama yang diridloi Allah hanyalah al-Islam"
Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam nama agama itu sendiri (al-islam) dan pokok yang terdapat dalam agama lain yang Allah turunkan sebelum islam yaitu:
لِسَعَادَةِ الْبَشَرِ فِيْ مَعَاشِهِمْ وَمَعَادِهِمْ
"Untuk kebahagiaan manusia dalam mengarungi kehidupan dunia dan bahagia di akhirat"
Yang menjadi indikasi kebahagiaan dunia adalah hidup damai, tenang, hati bersih dari segala kotoran yang mencerminkan rasa permusuhan dan kebencian yang disinyalir dalam al-Qur'an bahwa pengembangan permusuhan dan kebencian itu adalah program syaitan:
 إنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطَانُ أّنْ يُوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ... المائدة: 91
"Sesungguhnya syaithan hanya ingin menanamkan rasa permusuhan dan kebencian di antara kalian dengan khomr (yang mengeruhkan otak) dan maisir (judi)" 
Sesungguhnya syaitan hanya ingin menanamkan rasa permusuhan dan kebencian di antara kalian tatkala otak kalian keruh, tatkala ambisi meninggi. Hal ini disimpulkan dengan فِي الْخَمْرِ (segala yang membuat otak/fikiran keruh) dan الْمَيْسِرِ (judi, yakni tatkala ambisi tak tekendali)
Allah memberi tahu bahwa hal itu adalah program syaitan dan menegaskan kepada kaum muslimin untuk tidak mengikuti program-program syaithan:
وَلاَ تَتََّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ.... البقرة: 168
"dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah (program-program) syaithan"
Karena jika diikuti hanya akan menimbulkan kebingungan (mengeruhkan fikiran), sedangkan damai hati dengan sesama muslim lebih menyenangkan ketimbang membawa hati yang dipenuhi rasa benci; hati yang tidak menyimpan kebencian kepada muslim manapun lebih nyaman dibawa ketimbang hati yang menyimpan kebencian, rasa dendam, iri hati dan penyakit hati yang lain
Kesombongan, iri hati, dendam (dan penyakit hati yang lain) dilarang oleh Allah bukan hanya karena busuk, tapi untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia itu sendiri. Karena membawa kesombongan, kebencian dan permusuhan dalam hati tidaklah nyaman, tapi justru menciptakan suasana yang keruh, yang tidak betah
Oleh karena itu, kita mesti yakin bahwa jika kita berpegang teguh pada nilai-nilai yang  terkandung dalam agama kita (Islam) yang mulia, pasti semuanya akan mengakibatkan kedamaian baik ucap, sikap maupun hati. Sebagaimana disimpulkan:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنِ
"Kami tidaklah mengutusmu (Muhammad) kecuali hanya membawa 'rahmat' untuk semua alam"
Yang mana, rahmat identik dengan kelemah-lembutan, kedamaian, positif thinking (berfikir positif, berprasangka baik). Karena lawan dari hal itu semua, jangankan membawa kedamaian, justru membawa kekeruhan (bukan rahmat; damai, harmonis).
Nah, jika kita berpegang teguh pada al-Islam, selain damai secara pribadi (karena tidak ada kebencian, negatif thinking, dan lain-lain yang mengeruhkan fikiran), juga bisa menciptakan/membawa kedamaian untuk orang lain

Trik Al-Qur'an

Trik al-Qur'an / resep syari'at yang diturunkan Allah kepada Rosulullah SAW untuk menciptakan situasi damai di kalangan kaum muslimin itu sangat banyak. Antara lain dalam surat al-Hujurat dan dalam surat al-Israa ayat 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلًا
"Dan jangan kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dipintai pertanggungjawaban"
Sekalipun ayat ini singkat, Imam Nawawi memuatnya dalam beberapa bab dalam kitab Riyadlush sholihin, berarti makna ayat ini sangat luas.
Ayat ini semakna dengan pribahasa sunda: ulah kairid ku cikiih, ulah kabawa ku sakaba-kaba. Kenapa sebabnya?, karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban
Adapun arti وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ, berdasarkan beberapa indikasi yang dimuat oleh Imam Nawawi, adalah:

a. لاَ تَتَكَلَّمْ عَمَّا لَمْ يَقِفْ عَلَيْهِ عِلْمُكَ

Jangan membicarakan sesuatu yang tidak terjangkau oleh ilmu pengetahuanmu (bukan bidangnya). Jadi, (umpamanya) insinyur pertanian membicarakan teori-teori tentang bangunan (yang seharusnya digarap oleh insinyur bangunan) demikian pula sebaliknya. Hal ini dicontohkan sendiri oleh Rosulullah SAW tatkala petani kurma gagal panen, Rosul bersabda:
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأُمُوْرِ دُنْيَاكُمْ
"Engkau lebih tahu tentang urusan duniamu (dunia pertanian)". Karena aku tidak diutus untuk membenahi urusan pertanian
Atau umpamanya, petani (pencangkul) membicarakan apa yang dibicarakan oleh politisi. Bukannya memberi ilmu, tapi justru menjadi kacau. Atau seperti guru ngaji membahas masalah politik, itu bukanlah bidangnya
Maksudnya, dengan penafsiran ini: seseorang harus tahu diri sehingga bisa menempatkan dimana dirinya, bidang apa yang dia kuasai sesuai dengan potensi yang Allah berikan padanya

b. لاَتُخْبِرْ بِمَا لَمْ تَتَيَقَّنْ وُقُوْعَهُ

"Engkau jangan memberitahukan / menyebarkan berita tentang suatu peristiwa yang kamu sendiri tidak meyakini bahwa hal itu benar-benar terjadi". 
Sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang hanya sebatas dugaan, janganlah sekali-kali menyebarkannya kepada orang lain. Jangan memberitakan sesuatu yang hanya sebatas dugaan sesuai dengan syahwat (ambisi) atau sesuai dengan ghodlob (kebencian). 
Ini tidak lain, agar tercipta kedamaian, ketenangan dan ketentraman di lingkungan muslim
Jadi, semestinya kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak diyakini. Ulah kairid ku cikiih, ulah kabawa ku sakaba-kaba. Jangan melihat sesuatu, mendengar sesuatu langsung saja disebarkan lewat lisan maupun tulisan (tanpa filter). Ingat!:
إنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلًا
"Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dipintai pertanggungjawaban"
Dalam hadits muttafaq 'alaih, Rosul SAW bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
"Cukuplah seseorang melakukan kebohongan jika dia memberitakan / membicarakan segala sesuatu yang ia dengar"
Maksudnya, (sesorang itu cukup memenuhi syarat dikatakan pembohong) jika segala sesuatu yang diterima (lewat pendengaran atau penglihatan) langsung dishare (disebar-luaskan), dalam keadaan dia sendiri terlepas dari keilmuan, terlepas dari objektifitas. 
Sayangi diri sendiri, sayangi rakyat, sayangi masyarakat!. Jangan karena kecenderungan ambisi pribadi, lalu menyebarkan hal-hal bersifat kontroversi yang memperkeruh suasana. Jika ingin keruh, keruhlah sendiri, jangan mengajak orang lain!
Sekali lagi, ini bukan untuk apa-apa, tidak ada kaitan dengan kecenderungan pilpres, tapi dalam rangka saling mengingatkan dengan ketaqwaan, sangat pantas untuk mengingatkan dalam masa ini, masa dimana kita tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, maka jangan sampai kita mencelakakan orang lain!
Jaga lisan termasuk tulisan yang lebih luas cakupannya ketimbang lisan. Rosul SAW bersabda kepada Abu Bakar:
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ فِي النَّارِ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
"Manusia tidak terjerumus ke dalam neraka (jahannam) karena lubang hidungnya melainkan karena hasil uraian dari lisan-lisan mereka"
Oleh karena itu, maka demi keselamatan kita, Rosul memberi panduan kepada Uqbah bin Amir, ketika Uqbah bertanya:
يَا رَسُوْلَ اللهِ مَاالنَّجَاحُ
"Wahai Rasulalloh, apa keselamatan itu?"
Rosul menjawab:
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيْئَتِكَ
Kendalikan lisanmu (termasuk uraiannya berbentuk tulisan, jangan asal bicara, jangan asal menulis), berusahalah untuk betah tinggal di rumah (dengan maksud agar tidak banyak hal yang didengar dan yang dilihat), tangisi kesalahanmu!Itulah yang akan membuatmu selamat.
Sumber lisan bisa memberitakan sesuatu itu adalah input dari pendengaran dan penglihatan yang masuk pada hati. Jadi, apa yang didengar, apa yang dilihat, diproses dalam hati, jangan langsung diungkapkan oleh lisan!. Sebab:
إنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلًا
Apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang diproses dalam hati akan dipintai pertanggungjawaban (di mahkamah agung-Nya). Maka disamping kita mengendalikan apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat, kita juga harus meminimalisir penglihatan dan pendengaran. Pribahasa Sunda:
"Ulah sok sadenge-dengena, ulah sok satempo-tempona, ulah sok padu ngomong / ulah sok paya disada"
Semoga selamanya kita ada dalam lindungan dan bimbingan Allah SWT, diberi kekuatan lahir dan batin untuk tetap berada dalam ridlo-Nya mengacu pada nilai-nilai al-Islam yang diturunkan Allah melalui Rosul-Nya secara sejati, bukan hanya sebatas simbol.
Wassalamu'alaikum wr.

*Download MP3 nya di sini:

0 komentar

Posting Komentar