Apa Sebenarnya Niat Itu?
Penjelasan Hakikat Niat, Maksud dan Irodah
Assalamu'alaikum wr. wb.
Setelah mengetahui keutamaan niat, selanjutnya kita perlu tahu tentang hakikat niat itu sendiri. Apa sih niat itu sehingga niat lebih utama daripada amal?
Sebagai jawabannya, saya terjemahkan dari kitab ihyaa uluumiddin karya Imam al-Ghazali.
Imam al-Ghazali mengatakan:
ِاِعْلَمْ أَنَّ النِّيَّةَ وَالْإِرَادَةَ وَالْقَصْدَ عِبَارَاتٌ عَلَى مُتَوَارِدِهِ مَعْنًى وَاحِدٍ وَهُوَ حَالَةٌ وَصِفَةٌ لِلْقَلْب يَكْتَنِفُهَا أَمْرَانِ عِلْمٌ وَعَمَلٌ
"Ketahuilah bahwa niat, maqsud dan irodah itu adalah beberapa redaksi dengan menunjukkan satu makna (yang sama) yaitu: kondisi dan sifat bagi hati yang disebabkan dua hal: ilmu dan 'amal"
Didahulukan ilmu sebab ilmu adalah pokok dan syaratnya sedangkan amal itu mengikuti ilmu (sesuai dengan pengetahuan yang seseorang miliki) sebab amal itu adalah buah dan cabang dari ilmu. Hal itu terjadi karena setiap gerak dan diam yang dilakukan secara ikhtiyariy (bersifat opsional, pilihan) tidak akan terjadi secara sempurna kecuali dengan tiga faktor:
a. Ilmu (الْعِلْمُ)
b. Keinginan (الإرَادَةُ)
c. Kemampuan (القُدْرَةُ)
Seseorang tidak akan memiliki keinginan terhadap sesuatu yang tidak dia ketahui, maka dia perlu ilmu (untuk mengetahui sesuatu). Setelah mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu, orang tersebut tidak akan melakukannya jika tidak ada keinginan (الإرادة). Sedangkan keinginan itu sendiri adalah:
ِاِنْبِعَاثُ الْقَلْبِ إِلَى مَا يَرَاهُ مُوَافِقاً لِلْغَرَضِ إِمَّا فِي الْحَالِ أَوْ فِي الْمَآل
"Tergeraknya hati pada apa yang dipandang sesuai dengan tujuan, baik tujuan duniawi maupun ukhrowi"
Karena manusia telah diciptakan dimana sebagian hal sesuai dengan tujuannya dan sebagian lain bertolak-belakang dengan tujuannya, sehingga dia perlu menarik hal yang sesuai dan mencegah hal lain yang bertentangan dengan dirinya. Karena kedua hal ini, secara otomatis, manusia membutuhkan pengetahuan (الْعِلْمُ) akan hal yang bermanfaat dan berbahaya (bagi dirinya)
Orang yang tidak mengetahui tentang gizi (umpamanya), tidak mungkin dia mau makan (sebab gizi ada pada makanan). Begitupun orang yang tidak tau tentang api, mana mungkin dia akan menghindar dari (panasnya) api. Maka Allah ciptakan petunjuk dan ilmu serta menciptakan pula fasilitas-fasilitas yaitu: pengindra yang tampak maupun yang tidak tampak).
Kemudian setelah menusia tahu tentang gizi dan tahu bahwa gizi itu bermanfaat, tidaklah cukup hal itu mendorongnya untuk makan selagi dia tidak punya keinginan/motivasi (الإرَادَةُ) untuk makan. Seperti seorang sakit yang sudah tahu tentang manfaat gizi, masih tidak memungkinkannya untuk makan karena tidak ada hasrat, kecenderungan atau keinginan untuk makan, sebab tidak ada motivasi yang menggerakkannya untuk makan. Maka Allah ciptakan baginya kecenderungan, rasa suka dan keinginan berupa ketertarikan dalam hati.
Namun kedua hal itu (pengetahuan dan keinginan) pun tidak cukup menjadi motivasi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Betapa banyak orang yang melihat makanan, lalu tertarik dan berkeinginan memakannya, tapi dia tidak bisa memakannya karena jarak (waktu atau tempat), maka diciptakanlah kekuatan/kemampuan (الْقُدْرَةُ) dan anggota badan yang bergerak. Sehingga barulah dia bisa 'makan'.
Anggota badan, tidak mungkin bergerak kecuali dengan kekuatan (الْقُدْرَةُ), kekuatan itu disebabkan adanya faktor pendorong, faktor pendorong/motivasi itu disebabkan adanya pengetahuan/dugaan kuat/i'tikad (الْعِلْمُ) bahwa sesuatu (gizi) itu bermanfaat baginya. Jika pengetahuan tentang manfaat gizi menguat dalam dirinya dan bahwa manfaat gizi mesti dia dapatkan, tergeraklah keinginan (الإرادة) dan menguatlah kecenderungan. Setelah kecenderungan itu menguat, tergugahlah potensi untuk menggerakkan anggota badan, sebab kekuatan (الْقُدْرَةُ) adalah prajurit atau pelayan bagi keinginan, dan keinginan itu tergantung keyakinan/pengetahuan (الْعِلْمُ).
Jadi, niat itu adalah ungkapan untuk suatu sifat pertengahan, yakni (niat itu adalah) keinginan dan ketergerakan jiwa yang disebabkan kecenderungan akan suatu hal yang sesuai dengan tujuan baik duniawi ataupun ukhrowi. Tujuan yang diinginkan inilah sebagai penggerak/pendorong dan pendorong inilah yang dimaksud dan yang diniatkan. Maka, niat dan maksud adalah faktor yang membangkitkan kekuatan/kemampuan untuk melayani keinginan tersebut dengan cara menggerakkan anggota badan yang disebut 'amal (aksi).
Hanya saja, terkadang, bangkitnya kekuatan sebagai motivasi untuk beramal disebabkan satu faktor (a) dan terkadang pula dua faktor penggerak ini ada pada satu amal/perbuatan/aksi. Jika satu perbuatan memiliki dua faktor, maka kadang-kadang:
(b). salah satu faktor cukup untuk menggerakkan kekuatan tanpa membutuhkan faktor lain
(c). salah satu faktor tidak cukup untuk menggerakkan kekuatan tapi kedua faktor itu harus ada
(d). salah satu faktor memang cukup untuk menggerakkan kekuatan, hanya saja faktor yang lain menjadi penopang/pembantu bagi faktor tersebut.
Dari rincian ini didapatlah empat pembagian (berikut kami sebutkan beserta contoh dan sebutan/namanya masing-masing):
Maka disebutlah: niatnya itu adalah lari dari binatang buas. Tidak ada lagi niat untuk melakukan yang lain.
Niat ini disebut niat yang murni dan beraksi karena tuntutan niat ini disebut amal yang ikhlash dikaitkan dengan tujuan pendorongnya. Maksudnya ialah bahwa amal itu terlepas dari campuran tujuan yang lain
Dua orang yang saling bantu untuk membawa suatu barang. Padahal jika seorang pun mampu untuk membawa barang tersebut.
Contoh mengenai tujuan (sesuatu yang abstrak):
Seseorang yang diminta oleh kerabatnya yang fakir. Lalu dia memenuhi kebutuhan kerabat yang faqir itu. Dia tahu bahwa seandainya (kerabatnya itu) tidak fakir, pasti dia akan memberinya sebagai kerabat. Begitupun dia akan memberi orang itu sebagai orang fakir seandainya orang itu bukan kerabatnya. Hal ini bisa dites ketika ada seorang kerabat yang kaya maka dia akan memberi, begitupun ketika ada orang selain kerabatnya yang fakir/miskin dia akan memberi.
Hanya saja, terkadang, bangkitnya kekuatan sebagai motivasi untuk beramal disebabkan satu faktor (a) dan terkadang pula dua faktor penggerak ini ada pada satu amal/perbuatan/aksi. Jika satu perbuatan memiliki dua faktor, maka kadang-kadang:
(b). salah satu faktor cukup untuk menggerakkan kekuatan tanpa membutuhkan faktor lain
(c). salah satu faktor tidak cukup untuk menggerakkan kekuatan tapi kedua faktor itu harus ada
(d). salah satu faktor memang cukup untuk menggerakkan kekuatan, hanya saja faktor yang lain menjadi penopang/pembantu bagi faktor tersebut.
Dari rincian ini didapatlah empat pembagian (berikut kami sebutkan beserta contoh dan sebutan/namanya masing-masing):
a. Yaitu (suatu perbuatan yang disebabkan) satu faktor pendorong
Seperti: jika seseorang (pernah) diterkam binatang buas, maka dia akan berdiri dari tempatnya dan tak ada pendorong baginya keculai lari dari binatang buas itu setiap kali dia melihatnya. Alasannya karena dia melihat dan tahu (الْعِلْمُ) bahwa binatang buas itu berbahaya baginya, lalu tergeraklah keinginan (الإرادة) untuk lari darinya, setelah itu tergeraklah kekuatan (الْقُدْرَةُ) sesuai tuntutan faktor pendorongnya; lari.Maka disebutlah: niatnya itu adalah lari dari binatang buas. Tidak ada lagi niat untuk melakukan yang lain.
Niat ini disebut niat yang murni dan beraksi karena tuntutan niat ini disebut amal yang ikhlash dikaitkan dengan tujuan pendorongnya. Maksudnya ialah bahwa amal itu terlepas dari campuran tujuan yang lain
b. Satu perbuatan dengan dua faktor pendorong, namun sebenarnya cukup menggunakan salah satunya saja
Umpamanya dalam hal yang konkreet:Dua orang yang saling bantu untuk membawa suatu barang. Padahal jika seorang pun mampu untuk membawa barang tersebut.
Contoh mengenai tujuan (sesuatu yang abstrak):
Seseorang yang diminta oleh kerabatnya yang fakir. Lalu dia memenuhi kebutuhan kerabat yang faqir itu. Dia tahu bahwa seandainya (kerabatnya itu) tidak fakir, pasti dia akan memberinya sebagai kerabat. Begitupun dia akan memberi orang itu sebagai orang fakir seandainya orang itu bukan kerabatnya. Hal ini bisa dites ketika ada seorang kerabat yang kaya maka dia akan memberi, begitupun ketika ada orang selain kerabatnya yang fakir/miskin dia akan memberi.
Atau seperti seseorang yang disuruh dokter untuk tidak makan (dengan tujuan diet). Lalu dia masuk hari arafah dan berpuasa. Dia tahu bahwa kalaupun bukan hari Arafah, dia pasti tidak akan makan karena sedang diet sebagaimana kalau tidak karena diet, dia tidak akan makan karena sedang puasa Arafah.
Jadi, dua faktor (kerabat dan fakir / diet dan puasa Arafah) mendorong untuk berbuat (memberi / tidak makan) dan faktor kedua itu menemani faktor pertama. Niat ini kami sebut مُرَافَقَةٌ لِلْبَوَاعِثِ (pengiring beberapa faktor)
Contoh lain:
c. Satu faktor tidak cukup dan harus ada keduanya untuk menggerakkan kekuatan
Seperti: Dua orang yang lemah saling tolong untuk mengangkat sesuatu yang jika dilakukan sendiri-sendiri mereka tidak akan kuat.Contoh lain:
Seseorang yang dipinta oleh kerabatnya yang kaya, dia tidak memberi. Ada orang selain kerabatnya yang miskin, dia juga tidak memberinya. Lalu datanglah seorang kerabat yang miskin memintanya, barulah dia memberi. Maka pendorongnya untuk memberi itu adalah dua faktor; kerabat dan miskin.
Demikian pula seseorang yang bersedekah di hadapan orang lain dengan tujuan mendapat pahala dan pujian. Hal ini bisa dibuktikan dengan: seandainya dia benar-benar mengharap pahala tapi dilakukan secara sembunyi-sembunyi, hal ini tidak menjadi faktor pendorong baginya untuk bersedekah. Demikian juga apabila di khalayak ramai seorang fasiq meminta padanya, maka dia pun tidak akan bersedekah karena maksudnya memang bukan untuk mendapat pujian semata. Tapi jika kedua faktor itu ada (pahala dan pujian) pastilah hal itu menggerakkan hatinya untuk bersedekah.
Niat ini dinamai dengan مُشَارَكَةٌ (join/persekutuan)
Demikian pula seseorang yang bersedekah di hadapan orang lain dengan tujuan mendapat pahala dan pujian. Hal ini bisa dibuktikan dengan: seandainya dia benar-benar mengharap pahala tapi dilakukan secara sembunyi-sembunyi, hal ini tidak menjadi faktor pendorong baginya untuk bersedekah. Demikian juga apabila di khalayak ramai seorang fasiq meminta padanya, maka dia pun tidak akan bersedekah karena maksudnya memang bukan untuk mendapat pujian semata. Tapi jika kedua faktor itu ada (pahala dan pujian) pastilah hal itu menggerakkan hatinya untuk bersedekah.
Niat ini dinamai dengan مُشَارَكَةٌ (join/persekutuan)
d. Salah satu faktor bisa berdiri sendiri dan faktor yang lain tidak bisa berdiri sendiri untuk menggerakkan kekuatan tapi tatkala kedua faktor itu digabungkan, tidak terlepas dari pengaruh faktor kedua; mempermudah faktor pertama
Seperti: Orang lemah yang membantu orang kuat untuk mengangkat suatu benda. Seandainya orang kuat itu sendiri, sebenarnya mampu mengangkat barang tersebut. Sedangkan jika yang lemah itu sendiri, tentu tidak akan mampu. Secara umum, hal tersebut bisa mempermudah dan meringankan pekerjaan.Contoh lain:
Seseorang yang memiliki kebiasaan shalat dan sedekah. Lalu sekelompok orang bersepakat untuk hadir pada waktu yang sama (melakukan shalat/sedekah bersama-sama), maka perbuatan itu menjadi ringan sebab kehadiran mereka. Padahal dia tahu bahwa jika menyendiri pun dia tidak akan surut dari pekerjaan itu (karena memang sudah terbiasa). Juga, dia tahu bahwa andai perbuatannya bukan suatu keta'atan, maka bukan pula semata-mata karena riya yang masuk pada perbuatan itu. Hal ini merupakan tipu daya yang masuk pada niat.
Niat jenis ini dinamai dengan الْمُعَاوَنَةُ (saling membantu/kerja sama)
Dari tamtsil (perumpamaan) tersebut, maka faktot pendorong kedua itu bisa sebagai pengiring, sekutu atau pembantu (faktor pertama). Hukum dari masing-masing akan kami bahas dalam Bab Ikhlash.
Berikutnya adalah tentang penjelasan pembagian niat. Karena amal itu tergantung pendorognya, maka hukum pun bisa ditemui dari pendorongya itu. Oleh karena itu disebutkan: "Amal itu hanya tergantung niatnya", karena amal itu mengikuti niat, maka hukum bukan untuk pekerjaan/perbuatan itu, akan tetapi hukum itu bagi niat (yang diikuti oleh amal)
Oke sobat, karena terjemah ini saya kira sudah cukup panjang, saya cukupkan dulu. Semoga bermanfaat
Terima kasih dan mohon maaf.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Terima kasih dan mohon maaf.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
0 komentar
Posting Komentar