Selasa, 11 September 2018

Kekuatan Diri | Mutiara Kata

Potensi Magnet Dalam Diri Seseorang


Potensi Magnet Dalam Diri Seseorang

Assalamu'alaikum wr. wb.
"Dirimu adalah magnet dengan gaya tarik dan gaya tolaknya. Dirimu bisa menarik kebaikan dan menarik keburukan,  bisa juga kamu menolak keduanya. (AS)"
Kebaikan dan Keburukan yang ada di dunia ini, bisa dihadirkan oleh seseorang dalam kesehariannya. Artinya, jika seseorang menginginkan kebaikan, dia bisa menariknya dengan potensi magnet yang telah diberikan pencipta yang ada dalam dirinya. Demikian pula jika ia tidak menginginkan keburukan, ia pun bisa menolaknya dengan kekuatan potensi magnet itu.
Perlu diingat sebelumnya, hal ini berkaitan dengan taqdir mu'allaq. Karena taqdir mubram adalah taqdir yang sepenuhnya diatur dan ditetapkan oleh Allah sejak zaman azali. Sedangkan taqdir mu'allaq ialah taqdir Allah yang dalam 'eksekusinya' melibatkan peran serta manusia. Jadi, yang dimaksud dalam tulisan ini adalah taqdir yang mu'allaq ini.
Kembali pada tema di atas, bahwa seseorang bisa menarik kebaikan atau keburukan ataupun menolak keduanya. Mari kita perhatikan salah satu ayat al-Qur'an berikut:
إنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لَِأنْفُسِكُمْ وَإنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا... الإسراء: 7
"Jika kamu berbuat baik, maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri, sedang jika kau berbuat keburukan, maka iapun baginya (bagi dirimu)"
Itulah yang saya maksud dengan potensi 'magnet' pada diri seseorang. Bahkan semua orang punya potensi itu.
Sebagaimana kita menginginkan kebaikan dari orang lain, maka sepantasnya kita pun menarik kebaikan itu dengan cara berbuat baik pada orang lain. Jika tidak, akan sulit kita raih kebaikan dari orang lain jika kita sendiri tak pernah berbuat baik kepada mereka. Dengan kata lain, ketika kita berbuat baik kepada orang lain, itu sama saja dengan menarik kebaikan dari orang lain.
Demikian pula jika kita tidak menginginkan kejelekan, namun kita selalu berbuat jelek kepada orang lain, maka sebenarnya kita sedang menarik kejelekan dari orang lain dengan magnet yang ada dalam diri kita tersebut. Intinya, ketika kita berbuat jelek pada orang lain, sama artinya kita menarik kejelekan dari orang lain.
Adapun daya tolak magnet kita itu: ketika kita berbuat baik pada orang lain, berarti kita sedang menarik kebaikan lainnya, pada saat bersamaan, kita pun sedang menolak kejelekan dari orang lain. Bukankah demikian cara kerja magnet?. Ia menarik sesuatu dari suatu arah, dan menolak sesuatu yang lain dari arah yang berlawanan.
Mari kita cermati sabda Rosul SAW berikut:
ٍعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: " قَبَّلَ النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَعِنْدَهُ الْأقْرَعُ بْنُ حَابِس التَّمِيْمِي، فَقَالَ الأقرَعُ: إِنَّ لِى عَشْرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَداً، فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلى الله عليه وسلم ثُمَّ قَالَ: مَنْ لاَ يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
"Dari Abu Hurairoh, beliau berkata: Nabi SAW mencium al-Hasan bin Ali RA sedang di dekatnya ada al-Aqro' bin Habis at-Tamimiy seraya berkata: Saya punya 10 anak, tak pernah aku mencium satupun dari mereka. Lalu Nabi SAW melihatnya kemudian bersabda: Barangsiapa yang tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi"
Siapa yang tidak menyayangi (orang lain), tidak akan disanyangi (oleh orang lain). Ini berarti hukum kausalitas atau sebab-akibat. Ini juga merupakan gaya tarik-menarik magnet
Jadi, pokoknya, setiap jenis kebaikan yang kita lakukan berpotensi menarik kebaikan lain datang pada kita. Disadari atau tidak. Pun demikian adanya jika kita melakukan berbagai jenis kejelekan; menyakiti, menganiaya ataupun mengolok-olok orang lain, artinya kita sedang menarik kejelekan-kejelekan itu datang pada diri kita sendiri.
Mari kita renungkan kembali hadits berikut:
اِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَسُبَّ الرَّجُلُ أَبَاهُ. قََالُوْا وَكَيْفَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَاهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟، قََالَ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ 
"Diantara dosa besar adalah: seseorang mencela ayahnya sendiri. Para sahabat bertanya: wahai rosulallah, bagaimana bisa seseorang mencela ayahnya?. Rosul menjawab: yakni, seseorang mencela ayah orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ayahnya"
Jelas sekali hadits ini menjelaskan 'kekuatan magnet' yang ada pada diri seseorang. Sehingga seseorang dianjurkan untuk tidak mencela ayah orang lain karena hal itu bisa menyebabkan ayahnya sendiri dicela oleh orang lain. Bukankah Allah memberi tahu kita dalam al-Qur'an untuk tidak mencela tuhan agama lain?. Dalam surat al-an'am, Allah SWT berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
"Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang menyembah selain Allah, (sama saja kamu mencela Allah) karena mereka akan mencela Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan... (al-An'am: 108)
Jadi, penting bagi kita untuk mengetahui betul apa yang kita ingin dapatkan dengan 'potensi magnet' yang dianugerahkan pada kita. Kebaikankah atau kejelekan?. Jika kita menginginkan kebaikan, maka berbuatlah baik, di saat yang bersamaan, kita pun menolak kejelekan sekaligus.
Tapi, tak jarang pula tatkala kita berbuat baik, justru kita mendapat balasan yang tidak sesuai dengan keinginan dan perbuatan baik yang kita lakukan. Pribahasa mengatakan: air susu dibalas dengan air tuba. Lalu bagaimana sikap kita semestinya?
Dalam kondisi ini, kita harus lebih menyadari bahwa: segala yang ada di dunia ini sebenarnya tak pernah ada yang selesai. Karena penyelesaian yang sebenar-benarnya adalah di alam akhirat yang semua makhluq akan mengalaminya. Maksud saya, biarlah kebaikan yang kita lakukan dibalas orang lain dengan kejelekan, sebab bagaimanapun, toh dia akan diadili di mahkamah Allah. Tinggal kita pasrah saja pada putusan Dzat yang maha adil. Yang terpenting bagi kita, selama hidup di dunia ini, kita berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan kejelekan yang jelas-jelas bisa menarik kejelekan lain untuk diri kita sendiri. Tapi, yang harus kita lakukan adalah menebar kebaikan kepada siapapun dan di manapun. Adalah termasuk perbuatan sangat agung tatkala kita membalas kejelekan orang lain dengan kebaikan, inilah yang dimaksud dengan hilim. Sabda Rosul:
َإِذَا جَمَعَ اللهُ الْخَلَائِقَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ أَيْنَ أَهْلُ الْفَضْلِ فَيَقُوْمُ نَاسٌ وَهُمْ يَسِيْرُ فَيَنْطَلِقُوْنَ سُرَّاعاً إِلَى الْجَنَّةِ فَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ فَيَقُوْلُوْنَ لَهُمْ إِنَّا نَرَاكُمْ سُرَّاعاً إِلَى الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُوْنَ نَحْنُ أَهْلُ الْفَضْلِ فَيَقُوْلُوْنَ لَهُمْ مَا كَانَ فَضْلُكُمْ فَيَقُوْلُوْنَ كُنَّا إِذَا ظُلِمْنَا صَبَرْنَا وَإِذَا أُسِيْءَ إِلَيْنَا عَفَوْنَا وَإِذَا جُهِلَ عَلَيْنَا حَلِمْنَا فَيُقَالُ لَهُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِيْن

"JikaAllah mengumpulkan makhluq di hari qiyamah, maka seorang penyeru berkata: di manakah para pemilik kautamaan?. Lalu berdirilah sekelompok manusi sambil berjalan menuju surga dengan sangat cepat. Lalu malaikat bertemu mereka dan bertanya: apa yang menyebabkan kalian berjalan sangat cepat menuju surga?. Mereka menjawab: kami adalah ahli keutamaan. Malaikat bertanya kembali: apa keunggulan kalian?. Mereka menjawab: Jika kami dianiaya, kami sabar. Jika kami diperlakukan jelek, kami memaafkan. Jika kami diperlakukan buruk (karena ketidak-tahuan pelaku), kami hilim (tidak membalas perlakuan jeleknya). Lalu dikatakan pada mereka: masuklah ke dalam surga. (Surga itu) sebaik-baik reward (pahala) bagi orang-orang yang beramal (kebajikan)"
Alangkah besar reward dari sang pencipta sebagaimana disabdakan dalam hadits tersebut. Juga, betapa dahsyatnya kekuatan kebaikan sebagaimana digambarkan dalam Q.S. Fusshilat ayat 34-35:
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَداوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ. وَما يُلَقَّاها إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُوا وَما يُلَقَّاها إِلاَّ ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar
Kita berdo'a kepada-Nya semoga kita termasuk orang-orang menggunakan 'magnet' kita untuk menarik kebaikan-kebaikan dan semoga tatkala ada kutub negatif (kejelekan) yang datang pada diri kita, kita bisa membalasnya dengan kutub positif; kebaikan (hilim). Allah-lah sebaik-baik Dzat yang pantas dimintai pertolongan

Mohon maaf dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

0 komentar

Posting Komentar